Selasa, 4 Maret 2008 - 11:37 wib
RASANYA yang nikmat membuat cokelat menjadi salah satu makanan favorit anak-anak hingga orang dewasa. Namun, apakah manfaatnya seenak rasanya?
Dalam bukunya berjudul Chocolate, A Sweet Indulgence (Chronicle Books, 1997, Karl Petzke dan Sara Slavin menyebut "chocolate is food of the gods". Ungkapan itu sengaja dibuat penulis untuk menggambarkan betapa cokelat, khususnya bagi orang Spanyol menjadi makanan istimewa.
Lebih dari itu, cokelat dapat menjadi candu secara fisik. "Rasa cokelat yang kaya juga dapat membuat ketagihan secara emosional sesuai dengan simbol dari cokelat, yaitu kemewahan, kenyamanan, sensualitas, kepuasan, dan cinta," katanya.
Tak hanya di Spanyol atau negara Eropa lainnya, cokelat juga sudah menempati urutan makanan favorit di Indonesia. Tak heran kini tak sulit menemukan camilan manis beraneka bentuk, rasa, dan corak ini.
Hampir di setiap toko dan supermarket, deretan cokelat yang menggiurkan tertata rapi seolah "memanggil" untuk diambil.
Bahkan, kini sudah mulai banyak gerai cokelat yang bertebaran menghiasi tiap sudut kota. Sebut saja Dapur Cokelat maupun Chocoholic. Kedua gerai tersebut khusus menawarkan panganan berbahan serbacokelat, mulai minuman, permen, hingga kue.
Ya, cokelat memang sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tak hanya dapat dinikmati sebagai makanan kecil di kala senggang, juga seiring perkembangannya cokelat dimanfaatkan dalam dunia kesehatan dan kecantikan.
Dalam habitatnya, tanaman cokelat merupakan tanaman tropis yang hidup dengan kandungan air dan paparan sinar matahari yang seimbang. Dalam buku yang berjudul Emperors of Chocolate, Joel Glenn Brenner menggambarkan rahasia tentang sensasi rasanya.
Rasa cokelat dibentuk dari campuran 1.200 jenis zat, tanpa satu rasa yang dominan. Malah, sebagian dari zat itu pun rasanya sangat tidak enak. Sebab itu, sampai sekarang cokelat tiruan amat jarang ditemukan.
Cokelat sendiri dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu dark chocolate, milk chocolate, dan white chocolate. Dark chocolate memiliki kandungan gula yang rendah, berbeda dengan milk chocolate dan white chocolate yang terasa lebih manis karena efek campuran dari susu.
Sebagai penambah rasa, tak jarang cokelat juga dicampurkan dengan daun mint, vanilla, coffe, orange, maupun stroberi. Selain itu, cokelat biasanya juga dilengkapi dengan paduan kacang mete, buah, karamel, maupun crisped rice.
Secara universal, daya tarik cokelat memang sangat mengagumkan. Namun, perasaan bersalah muncul tatkala mengonsumsisi manis ini. Persoalannya, apakah cokelat "tabu" untuk yang sedang ber-diet? Bagi para pencinta cokelat, hal itu bukanlah masalah dan menjadi hal yang lumrah. Pasalnya, perasaan tersebut hilang bersamaan dengan lumernya cokelat yang dikunyah di mulut.
Namun, di balik segala keuntungan pada cokelat, bertolak belakang dengan asosiasi sebagian orang yang beranggapan kalau cokelat dengan campuran yang tidak orisinal malahan dapat membuat tubuh makin subur, jerawatan, sakit gigi, sakit kepala, dan sebagainya. Jangan lantas percaya dahulu. Agaknya pikiran tersebut harus dibuang jauhjauh karena cokelat justru dapat meningkatkan rangsangan dalam hal seks.
Selain itu, cokelat juga dapat menimbulkan sensasi rasa yang membuat tubuh rileks sehingga terhindar dari depresi dan kejenuhan. Namun, memang ada beberapa jenis cokelat yang kandungannya masih banyak diragukan para ahli. Karena itu membentuk opini pada masyarakat mengapa cokelat lebih "unggul" kekurangannya ketimbang manfaatnya yang lebih banyak.
Mengonsumsi dengan kuantitas rendah merupakan solusi jika memang kandungan cokelat tersebut belumlah jelas benar. Namun yang jelas, pesona rasa cokelat agaknya pas dengan pendapat beberapa kalangan yang menyebutkan "chocolate is naughty but nice".
(sindo//tty)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar