ini adalah tahun kedua pasar malam dadakan digelar di dekat tempat tinggalku. sebelumnya pasar yang sengaja dibuka setiap malam takbiran ini lokasinya di jalan dewi sartika. tapi karena jalan di sana semakin sempit dan penjualnya kerap tidak mau disuruh menutup lapaknya, akhirnya Pemkot memindahkan lokasi pasar malam ini.
buat saya, kondisi tentu sangat menguntungkan. tidak perlu lagi naik angkot menuju pasar malam, cukup melangkahkan kaki dan dalam waktu sekejap sudah sampai di pusat keramaian.
pasar ini mulai buka sejak pukul 4 sore dan sudah harus tutup pukul 3.30 pagi. semakin malam suasana di pasar dadakan ini semakin ramai. sepertinya semua orang sengaja datang untuk membeli keperluan lebaran, terutama baju lebaran. maklum saja pasar ini sepertinya memang dikuasai oleh pedagang pakaian.
mulai dari pakaian anak-anak, remaja, hingga dewasa. dari baju muslim, baju pergi, sampai pakaian kerja untuk laki-laki dan perempuan ditawarkan dengan harga yang benar-benar bersaing. semua tidak asing untuk saya.
hingga saya tiba di sebuah pertigaan kecil menuju sebuah kampung yang bernama kampung Lio. di sana ada yang tidak biasa dan baru kali ini saya lihat. di atas sebuah meja bertaplak sederhana tertumpuk rapi gulungan cokelat kecil berlapis plastik.
tepat di bagian depan meja, sebuah kertas bertuliskan "Dodol Depok" di tempelkan ala kadarnya. meski sederhana tulisan ini cukup menarik perhatian. terutama buat mereka yang senang dodol.
saya sendiri tidak terlalu suka dodol. terlalu lengket. tapi kali tetap saja saya penasaran untuk mencari tahu bentuk si dodol depok ini. kok, ukurannya kecil sekali ya?.
tidak seperti dodol lain yang pernah saya lihat dan beli. berukuran besar dan agak keras. sementara si dodol depok ini ketika dipegang lembek. biar tidak penasaran, saya membeli sebuah dodol depok. harganya Rp 5000.
sesampainya di rumah si legit berwarna cokelat ini langsung di buka. warnanya sama seperti dodol lainnya, tapi tingkat kelembekannya memang jauh lebih tinggi dibanding dodol dari kampung nenekku di Kutoarjo.
walau lengket, toh si dodol tidak melekat di gigi. tetap bisa dikunyah. rasanya juga tidak terlalu manis. pas untuk saya yang memang tidak terlalu suka manis. selain saya yang ikut mencoba adalah anak-anak. hitung-hitung memperkenalkan kuliner asli depok pada mereka.
tidak disangka-sangka, anak-anak sangat suka dan dalam sekejap si legit sudah tandas. duh, kalau tahu anak-anak suka aku pasti beli banyak. mau kembali lagi ke penjual, malasnya bukan main karena pasti pasar dadakan sudah penuh oleh orang. ya sudah mau bagaimana lagi. setidaknya anak-anak sudah pernah mencicipi dan tahu rupa dan rasa si legit dari depok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar